User Research
Dalam sebuah bisnis User Research merupakan komponen penting yang perlu dilakukan, karena hal ini membantu kita untuk memahami kebutuhan sehingga kita dapat memberikan solusi yang terbaik untuk pengguna kita.
Apa itu User Research?
User Research adalah proses yang lakukan untuk memahami atau berempati kepada para pengguna terkait masalah atau problem yang sedang mereka hadapi. Jadi user research jika kita simpulkan adalah proses berempati dan memahami kira-kira apa yang dibutuhkan oleh user. Masalah yang dialami oleh pengguna tentu bermacam-macam.
Selain itu, kita juga bisa menggalinya lebih jauh untuk mendapatkan goals, motivation, serta konteks yang lebih tepat mengapa pengguna menghadapi masalah tersebut. Setelah itu, kita bisa cari tahu lagi kira-kira apa yang bisa menjadi faktor pendorong untuk mencapai goals yang diinginkan oleh user. Goals sendiri tentu berbeda-beda, tergantung produk atau jasa yang digunakan.
Tujuan User Research
Tanpa user research, kita tidak akan pernah tahu apa masalah yang dihadapi oleh user. Hal itu menimbulkan kemungkinan produk atau jasa yang kita bangun tidak digunakan,
Tujuan dari user research itu sendiri adalah:
Membawa user kedalam proses pembangunan produk atau jasa.
Produk atau jasa yang kita gunakan dapat digunakan banyak orang
Mendapatkan profit.
Metode User Research
Setiap riset ataupun penelitian yang dilakukan tentu memiliki metode yang akan diterapkan, begitu juga dengan user research.
Dalam hal ini, user research memiliki tiga metode utama, yaitu:
Metode Kualitatif
Metode kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui hal-hal yang tidak dapat diukur secara subjektif, seperti emosi, rasa, keindahan dan sejenisnya. Pada umumnya, kualitatif digunakan untuk menggali insight secara mendalam, sehingga kita bisa benar-benar memahami permasalahan pengguna dan juga konteks-nya.
Biasanya untuk mendapatkan metode kualitatif tidak membutuhkan sampel yang banyak. Salah satu cara menggunakan metode kualitatif adalah dengan menggunakan sistem in-depth interview.Sebagai contoh, kamu mengumpulkan 4-5 user untuk in-depth interview. Dari situ, kamu akan mendapatkan banyak insight dari mereka sehingga bisa menjadi kerangka ide yang nantinya akan kamu kembangkan untuk produk atau jasa.
Jadi, kualitatif lebih mementingkan kualitas informasi yang mendalam dari beberapa orang saja.
Metode Kuantitatif
Berbeda halnya dengan kualitatif, kuantitatif justru lebih memfokuskan kepada kuantitas, atau sesuai dengan data dan angka dengan ukuran yang telah disepakati bersama. Contohnya, 80% user sukses melakukan pembelian produk baru yang ditawarkan. Dengan demikian, angka tersebut bisa menjadi bahan acuan kamu untuk menyatakan solusi ini berhasil atau tidak.
Biasanya metode yang dilakukan untuk kuantitatif adalah menggunakan survei online, ataupun A/B testing.
Mixed Method
Ada kalanya saat melakukan user research, kamu harus menggunakan mixed method untuk menyelesaikan sebuah masalah. Sebab, seiring dengan waktu, masalah semakin kompleks sehingga butuh perpaduan antara metode kualitatif dan kuantitatif. Penggunaannya pun bisa kualitatif dulu lalu kuantitatif, ataupun sebaliknya, tergantung masalah yang dihadapi.
Misalnya kamu sedang mengembangkan sebuah produk, biasanya menggunakan kualitatif dulu dengan in-depth interview untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh user. Setelah itu, kamu bisa menggunakan kuantitatif untuk mengetahui kira-kira seberapa banyak orang yang mengalami hal tersebut dengan melakukan survei online atau cara lainnya. Sehingga, kita juga tahu potensi pasar dari solusi yang kita bangun.
Sebagai orang yang melakukan user research, ada baiknya untuk memahami dua metode tersebut, yaitu kualitatif dan kuantitatif serta perpaduan keduanya.
UX metrics adalah sebuah ukuran yang menilai interaksi di antara pengguna dan produk. Nantinya, ia bisa menunjukkan apakah produk telah bekerja sesuai ekspektasi atau belum. Ukuran ini hadir dalam bentuk data angka alias kuantitatif. Data-data ini bisa membuat perusahaan mengambil keputusan bukan atas opini, melainkan berdasarkan fakta.
Idealnya, UX metrics ditentukan sejak awal kita mendesain solusi. Dengan begitu, kita bisa segera tahu apakah solusi tadi telah memenuhi ketentuan. Jika memang ada hal-hal yang perlu diperbaiki, misalnya realita yang tak sesuai rencana, kita bisa segera memperbaikinya.
Untuk dapat mengukur UX, sebelumnya, kita perlu menentukan beberapa hal, yaitu tujuan dan sinyal. Setelah itu, kita melakukan penentuan metrics-nya.
Menentukan Tujuan
Menentukan tujuan di awal sangatlah penting. Dengan begitu, tiap anggota tim bisa memiliki pemahaman yang sama. Misalnya, bagaimana cara membuat pengguna bisa menyelesaikan registrasi dengan baik? Contoh lainnya adalah, bagaimana cara memicu perusahaan mendapatkan lebih banyak transaksi? Kamu juga harus ingat, tujuan dari produk atau fitur bisa berbeda-beda. Hal ini juga bisa terjadi dalam satu aplikasi yang sama. Memang, kita pasti memiliki banyak sekali tujuan. Akan tetapi, tetap pilih tujuan yang dirasa paling penting. Dengan begitu, kegiatan mengukur UX bisa berjalan dengan fokus.
Mendefinisikan sinyal
Selepas menentukan tujuan, saatnya memilih sinyal yang tepat untuk UX metrics. Tiap-tiap tujuan tadi tentu berkaitan dengan serangkaian aktivitas. Oleh karena itu, kita perlu memikirkan dan memetakan aktivitas apa yang berkaitan dengan tujuan tadi. Pemetaan ini kita sebut dengan sinyal. Agar kamu lebih paham apa maksudnya, saya akan memberikan contoh. Misalnya, tujuan yang telah ditetapkan adalah membuat pengguna bisa menyelesaikan registrasi dengan efektif. Nah, sinyal yang bisa dipilih adalah, pengguna mampu menekan tombol “Daftar” sebagai langkah terakhir dalam registrasi.
Penentuan Sinyal
Setelah sinyal ditetapkan, kita wajib memilih ukuran yang memperlihatkan sinyal tersebut. Ukuran ini merupakan angka alias data kuantitatif. Misalnya, masih dengan tujuan yang sama, yaitu membuat pengguna bisa registrasi dengan baik. Sinyal yang dipilih adalah mampunya pengguna menekan tombol “Daftar” di akhir tahap registrasi.
UX metrics yang bisa ditetapkan adalah tingkat keberhasilan registrasi. Dalam hal ini, sejak langkah pertama hingga terakhir, pengguna diharapkan bisa menyelesaikan pendaftaran. Target yang dipilih berupa angka, misalnya sebesar 80%. Akan lebih baik jika, sambil mengukur UX, data bisa disajikan di real-time dashboard. Dengan begitu, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kita bisa mengambil tindakan dengan cepat.
Metrics yang digunakan bisa berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh tujuan dan sinyalnya. Secara ringkas, berikut ini saya berikan contoh penerapan framework HEART dari Google
Usability Metric
Usability Metric adalah satuan ukuran tingkat kegunaan yang dinilai dari berbagai aspek seperti efektivitas, efeisiensi, kemudahan, kepuasan dan lain lain yang kemudian dapat menggambarkan tingkat keberhasilan dari produk dari solusi desain kita.
Macam-macam usability metric
Single Usability Scale
Single Usability Scale (SUS) merupakan tools yang digunakan dalam mengukur kegunaan dari produk digital yang kita buat, tools ini memiliki 10 satuan ukuran yang meliputi 10 pertanyaan dan dihitung dengan skala Likert (1-5)
Merupakan skala 1-7 yang diukur hanya dari sisi kemudahan dari produk digital.
3. Completion & Duration
Merupakan teknik ukuran keberhasilan sebuah UX yang didapatkan dari tingkat penyelesaian dan waktu yang ditempuh untuk melakukan sebuah task.
https://www.usability.gov/index.html
Guide for User Research
User Interview Question Example
Asking the right question during User Research & Testing
Seventeen types of interviewing question
Apa itu UX writing?
UX writing adalah mendesain dengan kata-kata. tugas seorang UX writer adalah untuk mempermudah user dalam mencapai tujuan dengan lebih efisien. sayangnya proses UX writting ini seringkali dilewati dalam pengembangan produk. hasil dari content yang dibuat seorang UX writer akan terlihat lebih berkualitas jika conten nya dapat menjeleaskan secara jelas kepada usernya, membangun kepercayaan serta dapat mengarahkan user kepada tujuanya.
Copywriter adalah seseorang yang menulis copy (teks) untuk kegiatan penjualan atau pemasaran. Tulisan ini membuat target market yang awalnya nggak tahu tentang produknya, jadi tahu. Nggak tertarik, jadi mencari tahu dan tertarik. Nggak mau beli, akhirnya jadi “Kayaknya aku butuh deh”, terus beli. Itulah ajaibnya copywriting.
UX Writer adalah seseorang yang menulis untuk pengalaman pengguna. UX Writer menulis kata-kata yang dapat dibaca atau didengar ketika seseorang menggunakan produk digital seperti aplikasi atau website. Teks yang ditulis bersifat singkat, padat, jelas, dan berguna. Kalau tulisan yang dibuat copywriter singkat, tulisan UX Writer lebih singkat lagi. Sering disebut dengan micro copy.
Tujuan utama dari konten yang ditulis oleh Content Writer adalah menambah nilai bagi pembaca. Jadi, kamu membangun kepercayaan konsumen terhadap bisnis atau brand dengan memberikan informasi yang menarik dan berharga. Konsumen akan menggunakan produk atau jasa dari brand yang mereka percaya, kan? Jadi, tulisan yang dibuat Content Writer juga bisa meningkatkan penjualan tapi secara tidak langsung.
Prinsip-Prinsip UX writing
Prinsip UX writing akan membantu pengambilan keputusan selama menulis. Hal ini dapat menjadi konsep umum yang memandu proses dan evaluasi sehingga writer tetap bisa melakukan user testing. Berikut ini prinsip dasarnya:
Memiliki tujuan
Penulisan UX yang baik harus memiliki tujuan yang terarah dan menyajikan informasi yang memang perlu pengguna ketahui tanpa harus berpindah atau meninggalkan halaman.
Jelas dan singkat
Writer harus mengutamakan kejelasan. Jika tidak jelas maka produk bisa jadi tidak membantu user. Jadi, gunakan frasa yang tidak membingungkan dan to the point. Pertimbangkan beberapa hal, seperti apakah jelas jika membaca sekali? Apakah jelas untuk seseorang belum pernah menggunakan interface sebelumnya?
Conversational atau bersifat percakapan
Ciptakan pengalaman saling bercakap. Misalnya, sisipkan kepribadian dan mood merek melalui warna dan tipografi. Penulis ada baiknya memposisikan dirinya sebagai orang yang secara langsung menjelaskan sebuah kejadian pada pengguna.
Sesuai
Buat copy yang bersifat adaptif atau sesuai dengan situasi tertentu. Jadi, sesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Selain itu, pemilihan frasa dan panjangnya ada baiknya sesuai dengan citra dan kepribadian merek.
Konsisten
Terapkan semua prinsip ke setiap aspek situs web atau produk dengan konsisten. Selain itu, elemen lain juga harus harus konsisten sehingga baik tulisan maupun desain saling terintegrasi dengan baik.
Proses kerja UX writer
Observasi permasalahan
Brainstorm ide
Menyusun opsi
Polling/testing copy
Deliver to developer
Tools
Berikut ini tools yang biasanya digunakan dalam membuat dokumentasi UX writing
Grammarly
Google docs
Confluence
Word tune
Skillset seorang UX writer
Berempati
Kreatif
Menguasai bahasa asing
User centric
Sumber belajar & contoh-contoh penerapan UX writing pada perusahaan-perusahaan besar
OVO design
https://ravier.ovo.id/d/3hXjzK8CtxbC/communication
Gojek Design