Skip to main content

Start up Innovation & Introduction

1. Mengapa Harus Membangun Startup

1.1 Inovasi dan Startup

Perkembangan dunia usaha dan bisnis yang semakin pesat memaksa para entitas bisnis untuk terus melakukan inovasi. Inovasi yang dilakukan bertujuan untuk menjaga dan mengembangkan usahanya agar terus berkembang. Revolusi industri 4.0 juga membawa perubahan pada dunia global. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya inovasi yang memanfaatkan teknologi informasi. Perkembangan ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai peluang untuk semakin meningkatkan jumlah entrepreneur di tanah air. Pengembangan entrepreneur pada generasi muda merupakan salah satu jalan untuk mendorong terciptanya Indonesia Maju. Semangat entrepreneur juga memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi lokal. Surplus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 tentunya membutuhkan lebih banyak entrepreneur muda. Setiap tahunnya terdapat 2,9 juta penduduk usia kerja baru atau anak-anak muda yang baru masuk ke pasar kerja. Kondisi seperti ini mendorong semua pihak untuk menyiapkan lapangan kerja. Dari sini, pengembangan entrepreneur adalah salah satu solusi yang dapat direalisasikan.

Inovasi merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dalam pengembangan entrepreneur. Menurut Nurdin (2006), inovasi adalah sesuatu yang baru, yang dikenalkan dan dilakukan praktik atau proses baru (baik barang maupun layanan) atau bisa juga sesuatu yang baru namun hasil adopsi dari organisasi lain. Sedangkan startup menurut Forbes adalah perusahaan rintisan yang didirikan untuk mengembangkan produk atau layanan yang unik, membawanya ke pasar dan membuatnya tak tergantikan bagi pelanggan. Startup biasanya dipimpin oleh satu atau beberapa pengusaha yang tertarik untuk menjawab permintaan pasar melalui penciptaan produk atau layanan baru.

Sebuah startup berakar dari inovasi yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan produk yang ada atau menciptakan barang dan jasa yang baru.

Inovasi dan startup saling terkait satu sama lain. Berdirinya sebuah startup diawali dengan munculnya inovasi yang berupa solusi atas permasalahan yang sifatnya massive dengan menggunakan teknologi sebagai enabler. Tanpa adanya inovasi, maka startup tidak akan dapat dibangun dan menjaga sustainability-nya. Di lain sisi, solusi yang diberikan oleh startup memerlukan pembaharuan secara berkala sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dimana hanya melalui inovasi yang mumpuni mereka dapat memuaskan para pelanggannya. Maka dari itu, inovasi tidak berhenti pada satu titik, namun terus bergerak, dilakukan iterasi secara berulang dalam rangka menemukan sesuatu yang baru yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Beberapa startup yang terkenal inovasinya yaitu Facebook, Amazon, Apple, Netflix, dan Google. Umumnya, cara kerja startup hampir sama dengan perusahaan konvensional lainnya. Cara kerjanya terdiri dari sekelompok karyawan yang bekerjasama untuk menciptakan produk yang akan ditawarkan dan dibeli oleh pelanggan. Namun yang membedakan perusahaan startup dengan perusahaan konvensional lainnya ialah dari segi cara menjalankan usahanya.

Faktor lain yang membedakan startup dengan perusahaan lain adalah kecepatan dan pertumbuhannya. Startup bertujuan untuk membangun ide dengan sangat cepat. Seringkali, sebuah startup akan memulai dengan kerangka dasar produk yang disebut produk minimal yang layak atau Minimum Viable Product (MVP), yang akan diuji dan direvisi hingga siap dipasarkan.

Tahap awal pendanaan startup terbatas pada mereka yang memiliki kantong besar. Orang-orang yang termasuk kategori tersebut disebut investor terakreditasi, karena Securities Exchange Commission (SEC) percaya bahwa pendapatan tinggi dan kekayaan bersih mereka membantu melindungi mereka dari potensi kerugian.

Startup umumnya mengumpulkan uang melalui beberapa putaran pendanaan:

1. Ada babak penyisihan yang dikenal sebagai bootstrap, ketika para pendiri, teman dan keluarga mereka berinvestasi dalam bisnis ini.

2. Setelah itu muncul pendanaan awal dari apa yang disebut “angel investors”, yaitu individu-individu kaya raya yang berinvestasi di perusahaan tahap awal.

3. Kemudian, ada putaran pendanaan Seri A, B, C dan D. Sebagian besar putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh perusahaan modal ventura yang menginvestasikan puluhan hingga ratusan juta dolar ke dalam perusahaan.

4. Setelah itu barulah sebuah startup dapat memutuskan untuk menjadi perusahaan publik dan membuka diri melalui Initial Public Offering (IPO), yaitu akuisisi oleh Special Purpose Acquisition Company (SPAC) atau pencatatan langsung di bursa saham.

 

1.2 Discovery, Invention dan Innovation

Dewasa ini, di tengah menjamurnya industri startup dan semakin bergairahnya munculnya semangat berinovasi di dalam negeri, terdapat misconception antara: discovery, invention dan innovation. Ketiga terminologi, apabila diterjemahkan secara langsung berarti penemuan. Startup yang telah dijelaskan sebelumnya harus melakukan inovasi. Lalu bagaimana keterkaitannya dengan discovery dan invention? Apakah startup dapat melakukan innovation tanpa melakukan discovery maupun invention? Untuk itu, diperlukan pemahaman terkait discovery, invention dan innovation.

Discovery (Kemdikbud, 2016) adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu atau kelompok masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru dapat menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.

Inovasi berasal dari kata latin, “innovation” yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya “innova” yang artinya memperbarui dan mengubah. Innovation (Kemdikbud, 2016) merupakan suatu perubahan yang menuju ke arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana atau tidak secara kebetulan. Menurut Ansyar (1991), menjelaskan bahwa innovation adalah gagasan, perbuatan, atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi. Menurut Santoso (1974), tujuan utama Inovasi adalah meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang, dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa inovasi merupakan suatu proses yang hasilnya adalah suatu hal baru yang secara kualitatif berbeda dengan yang sudah ada. Munculnya teknologi baru merupakan yang terjadi secara luas, khususnya dalam masyarakat yang dinamis, sebagai produk dari proses learningsearchingand exploring, agar bisa menghasilkan produk baru, teknik baru, bentuk organisasi baru atau membuka pasar baru. Proses ini merupakan proses sosial-ekonomi yang terkait erat dengan kebudayaan suatu masyarakat. Hasil inovasi yang lebih baik akan mendominasi hasil yang kurang baik, sehingga proses inovasi tersebut dapat mempertinggi taraf hidup masyarakat.

Inovasi merupakan pembaruan dan penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang akan menyebabkan adanya sistem peroduksi yang menghasilkan produk-produk baru. Dengan demikian inovasi berisi pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi.

Proses inovasi sudah tentu sangat erat kaitannya dengan penemuan baru dalam teknologi. Suatu penemuan biasanya merupakan suatu proses sosial yang panjang melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention. Dalam hal ini, proses inovasi baru bisa dilakukan setelah adanya proses discovery dan invention.

Faktor yang menjadi pendorong individu dalam suatu masyarakat untuk memulai dan mengembangkan inovasi baru adalah:

1. Kesadaran pada tiap individu akan kekurangan dalam kebudayaannya.

2. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.

3. Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.

 

Gambar 1. Perbedaan DiscoveryInvention dan Innovation

 

2. Langkah-langkah Dalam Membangun Startup

2.1 Mengubah Mindset

Startup merupakan perusahaan rintisan yang secara fundamental lebih mengedepankan entrepreneur spirit. Tumbuhnya startup pada 1 dekade ini, pada dasarnya didorong oleh munculnya 10 Unicorn startup: Gojek, Traveloka, Tokopedia, OVO, Bukalapak, Xendit, Ajaib, Kopi Kenangan, dan Online Pajak (Adieb, 2022) yang mayoritas dimotori oleh anak-anak muda. Dalam waktu yang relatif singkat (kurang dari 10 tahun), valuasi startup atau nilai perusahaan mereka mampu mencapai US$ 1 Milyar atau setara Rp. 14 Triliun. Bandingkan dengan Garuda Indonesia yang memiliki valuasi sebesar Rp. 11,07 triliun yang dicapai dalam kurun waktu 30-40 tahun (Kompas, 2019).

 

Generasi muda saat ini, sering melupakan entrepreneur mindset  sehingga banyak mulai membangun startup dengan mental pekerja. Hal ini lah yang akhirnya membuat founder dan co-founder startup kerap kali muncul kegalauan dan kegelisahan ketika akan beralih 100% menjalankan startup. Tekanan yang dihadapi semakin bertambah, manakala mereka pada kondisi sudah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Pilihan-pilihan yang dihadapi mereka diantaranya: bekerja di instansi pemerintah maupun perusahaan swasta yang sudah mapan dengan kontraprestasi mereka mendapatkan kepastian pendapatan atau bekerja di startup yang mereka bangun sendiri dengan kontraprestasi ketidakpastian akan pendapatannya. Pada pilihan membangun startup, satu-satunya yang mereka miliki adalah keyakinan akan potensi bisnis di masa yang akan datang. Ada juga pilihan lain, yaitu mereka akan mencari beasiswa di jenjang pendidikan yang lebih tinggi (S2 atau S3). Pilihan studi tersebut, dimungkinkan juga untuk mendapatkan fasilitas pendidikan berikut living cost di dalam maupun luar negeri yang tentunya semakin menjadikan pilihan membangun startup adalah suatu hal yang perih dan tidak meyakinkan.

 

Pada kondisi ini, entrepreneur mindset & mental benar-benar diuji tentang bagaimana membawa visi dan misi startup ke depan. Tantangan terakhir yang terbesar adalah keluarga, pasangan dan kolega. Pada saat merintis startup, tidak mudah meyakinkan mereka terutama bagi para founder dan co-founder startup dengan latar belakang keluarga yang jauh dari bisnis, usaha maupun entrepreneur.

 

 

Gambar 2. Slogan “Just Do It

 

“Just Do It” merupakan slogan dari brand sepatu kenamaaan “Nike” sangat tepat untuk diimplementasikan dalam merintis startup. Artinya bahwa ketika para founder dan co-founder startup mulai membangun startup-nya sangat penting untuk tidak banyak pertimbangan. Banyaknya pertimbangan dan pemikiran akan membuat mental block yang pada akhirnya akan mendorong mundur niatan membangun startup. Sebagai seorang entrepreneur ketika ada masalah justru merupakan vitamin dan mencari solusi yang benar-benar dibutuhkan pelanggan merupakan value  yang harus dipegang teguh.

 

 

Gambar 3. Ilustrasi Change Mindset

 

Seorang entrepreneur, pada dasarnya mampu melihat peluang yang tidak dapat diketahui oleh orang lain. Maka dari itu, dalam setiap pengambilan keputusan akan kerap kali mengambil langkah berbeda dari kebanyakan orang. Disinilah peran leadership dan mental dari para founder dan co-founder perlu dibangun sejak dini.

 

 

Gambar 4. Moonshot Thinking

 

Menurut Norman Hiob (2016), untuk dapat memberikan solusi yang benar-benar dibutuhkan oleh pelanggan, diperlukan pendekatan radical solution. Hal tersebut dapat dicapai dengan mulai mencari problem-problem yang massive yang diberikan sentuhan teknologi. Cara berpikir demikian dikenal dengan nama moonshot thinking (Benny, 2022) yaitu cara berpikir untuk menyelesaikan sebuah masalah dan mencapai 10 kali lipat lebih banyak, bukan 10% lebih banyak.

 

Dr. Astro Teller, Kepala Moonshot Factory Google menyampaikan bahwa moonshot thinking tidak mudah diadopsi oleh perusahaan ini. Maka dari itu dibutuhkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Fair Early

Adalah sangat penting dalam pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan moonshot thinking untuk gagal lebih awal. Kegagalan ini diperlukan, sehingga bisa diperbaiki lebih awal, atau menghentikan pekerjaan lebih awal, sehingga tidak menghabiskan sumber daya yang ada.

Sayangnya, budaya perusahaan saat ini lebih mengarahkan orang untuk menyembunyikan kesalahannya. Entah karena takut malu, kehilangan promosi, bonus, atau bahkan kehilangan pekerjaan.

2. Celebrate Failure

Merayakan kegagalan mungkin terdengar gila bagi kebanyakan perusahaan. Akan tetapi merayakan kegagalan hanya terdengar gila kalau perusahaan hanya berfokus pada kegagalan dan tidak belajar serta memperbaiki kegagalan tersebut.

Dan tentu saja, kegagalan tersebut harus terjadi dengan alasan yang jelas dan ilmiah, bukan karena alasan politis demi mencapai tujuan pribadi segelintir orang.

3. Don’t relate with Business Target

Apabila sebuah moonshot thinking dihubungkan dengan target bisnis, seperti penjualan, dan keuntungan, hampir dapat dipastikan kalau hasil pemikiran tersebut akan gagal. Lagipula, proyek Apollo yang merupakan cikal bakal moonshot thinking tidak dikaitkan dengan keuntungan finansial apapun.

Lalu, bagaimana perusahaan bisa bertahan tanpa keuntungan? Tentu perusahaan harus terus menghasilkan keuntungan. Akan tetapi bukan dari Moonshot Project. Keuntungan harus terus dihasilkan dari bisnis utama saat ini, seperti Google terus menghasilkan uang melalui bisnis iklan online. Idealnya perusahaan menerapkan 5% dari sumber dayanya untuk hal-hal seputar moonshot thinking.

4. Moonshot Thinking doesn’t have structure

Lupakan proses yang berbelit-belit, dimana ada 10 orang yang harus me-review sebuah pekerjaan, dan melewati 5 buah meeting sebelum sebuah pekerjaan bisa dilanjutkan. Coba gabungkan struktur dan moonshot thinking, maka hasilnya dijamin gagal.

Moonshot thinking  tidak memiliki struktur, apalagi birokrasi. Orang dari berbagai kalangan dan keahlian bertemu untuk memberikan kontribusi sesuai bidangnya masing-masing. Tim Moonshot Factory milik Google terdiri dari ahli teknik antariksa, desainer fashion, komandan operasi khusus militer dan ahli bidang laser, yang berkumpul dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak lazim.

 

 

Gambar 5. Perbedaan Incremental Change & Radical Change

 

Dalam melakukan perubahan mindset diperlukan pemahaman bagaimana cara berpikir kita saat ini. Incremental change memiliki karakteristik dalam hal peningkatan adalah sebesar 10% (sepuluh persen) sedangkan pada radical changer peningkatannya adalah sebesar 10x (sepuluh kali).

Pada kondisi merespon segala sesuatu hal atau perubahan, incremental change akan memiliki kecenderungan lebih lambat, sedangkan radical change memiliki kecenderungan lebih cepat.

Safe player merupakan karakter incremental change. Maka dari itu, cara berpikirnya lebih evolutionary  atau bertahap.  Sedangkan risk taker merupakan karakter dari radical change sehingga cara berpikirnya lebih revolutionary atau berkeinginan mengubah tatanan yang sudah ada.

 

2.2 Membangun Tim

Dalam membangun suatu startup diperlukan pondasi tim yang kokoh. 3 (tiga) fungsi utama yang minimal dimiliki dalam sebuah tim startup adalah hustler, hacker dan hipsterHustler merupakan founder/co-founder yang memiliki kemampuan dalam menjalankan dan menganalisis bisnis. Hacker merupakan founder/co-founder yang memiliki kemampuan dalam membuat atau memproduksi teknologinya, dapat berupa produk atau layanan tertentu. Yang terakhir adalah hipster founder/co-founder yang memiliki kemampuan dalam membuat design, dalam hal ini dapat berupa graphic design dan atau UI/UX design.

 

Beberapa tips setup startup team dari Achmad (2020) dalam presentasinya selaku founder Bukalapak adalah sebagai berikut:

1. Chemistry: old friends, but not family.

Anda harus menemukan chemistry atau kecocokan dengan tim anda. Tim sebaiknya teman lama dikarenakan anda dipastikan sudah mengenalnya dengan baik, tapi jangan memilih tim dari keluarga. Pada kondisi tertentu, tim dari keluarga akan lebih banyak tidak profesional dan kompleksitasnya dalam menyelesaikan masalah lebih besar.

2. Diversity or complementary.

Tim anda sebaiknya berbeda dan saling melengkapi secara fungsi dan peran masing-masing dalam startup yang anda bangun. Tidak direkomendasikan, dalam satu tim dengan kesamaan fungsi dan peran, misal: hustler semua atau hacker semua atau hipster semua.

3. 2 or 3 founders

Idealnya dalam membangun startup, diawali dengan 2 sampai 3 orang founder. Apabila lebih dari 3 orang, maka akan terlalu banyak pemikiran dan kompleksitas dalam setiap pengambilan keputusan maupun penyelesaian suatu masalah.

4. Equity share or NDA or gentle agreement.

Guna menghindari masalah yang terjadi dimasa depan, sebaiknya pembagian equity share dibicarakan sejak dini. Hal tersebut dapat dituangkan dalam Non Disclosure Agreement (NDA) atau cukup dengan gentle agreement.

 

Dalam membangun sebuah tim startup, pada umumnya melalui beberapa tahapan sebagai berikut dibawah ini (Rizal, 2021):

1. Forming          

Ini adalah tahap pertama waktu tim dibentuk dan dikumpulkan. Pada tahap ini tim cenderung ramah-ramah dan sopan. Tiap individu akan berusaha untuk saling mengenal satu sama lain, tetapi pada tahap ini tim belum saling percaya. Pada tahap ini produktivitas dan konflik yang terjadi sangat rendah. Tim akan cenderung menghabiskan waktu untuk membahas dan menyetujui apa yang harus disepakati dan dikerjakan.

Kurangnya kesepakatan atau suara bulat yang tidak sampai diputuskan akan membuat tim kehilangan tujuan. Karena pada tahap awal ini masing-masing individu memiliki pandangan dan target yang berbeda-beda.

Anggota tim akan mengandalkan perilaku yang terpola serta meminta bimbingan dan arahan dari pemimpin tim. Anggota tim ingin merasa diterima oleh kelompoknya. Leader harus peka akan hal ini ketika di fase-fase awal sehingga tidak salah melangkah. Leader yang pintar dan bijak akan segera memfokuskan pada tujuan dan hasil. Mengatur panggung agar perilaku dan hasil tim di masa depan lebih baik.

Tahap ini bisa cepat atau lambat tergantung, jumlah tim, distribusi tim, keanekaragaman tim, dan lead nya sendiri. Semakin cepat tahap ini dilalui semakin bagus masa depan tim yang dibentuk.

2. Storming

Jika tahap pembentukan tim sudah terlewati dan tujuan sudah ditetapkan dengan jelas maka, tahap kedua adalah tim akan masuk ke peperangan yang sesungguhnya. Tim mulai menentukan rencana untuk mencapai tujuan, menentukan apa yang harus dilakukan dan siapa orangnya.

Pada tahap ini gesekan antar individu dalam tim mulai terasa. Hal ini karena masing-masing akan mengusulkan ide dan saran yang berbeda. Kepercayaan di dalam tim masih tetap rendah dan konflik afektif (konflik yang timbul apabila perasaan-perasaan atau emosi-emosi tidak sesuai satu sama lain) meningkat ketika orang-orang bersaing untuk mendapatkan kendali. Intinya bakal terjadi banyak konflik antar individu. Bisa tim dengan tim atau tim dengan leadnya sendiri.

Produktivitas turun bahkan lebih rendah daripada tahap pertama. Inilah titik terrendah dari tim dan disebut masa-masa pancaroba.Pada tahap ini juga merupakan tahap yang kritikal bagi seorang tim leader. Tahap ini tahap yang paling penting dan seorang leader benar-benar diuji di sini.

Kepemimpinan yang baik berfokus pada resolusi konflik afektif yang cepat serta berfungsi untuk membantu memperkuat tujuan dan hasil tim. Semua ini dilakukan agar tim dapat bergerak cepat ke tahap yang lebih produktif. Kadang di tahap ini atasan dari leader musti membantu dan berperan mendukung leader tersebut agar tahapan ini segera terlewati.

Setelah tim menyetujui rencana dan peran serta tanggung jawab, tim dapat melanjutkan ke tahap berikutnya. Tanpa kesepakatan, tim bisa terjebak dalam kemelut terus-menerus.

3. Norming

Apabila tim telah berhasil melewati phase storming yang ditandai dengan masing-masing individu sudah memahami rencana dan peran masing-masing maka selanjutnya masuk phase norming. Pada tahapan ini kerja sama kelompok sudah mulai membaik, konflik individu menurun, kepercayaan antar individu meningkat, dan kognitif konflik (adalah kesadaran individu tentang adanya ketidaksesuaian antara struktur kognitif mereka dengan informasi yang mereka hadapi) meningkat.

Tim akan mulai fokus menyelesaikan semua tugas dan produktivitas. Tim mulai merasa memiliki kelompok dan merasa lega berhasil menyelesaikan setiap konflik interpersonal. Selain produktivitas akan muncul juga dari tim initiative, inovasi , dan kreativitas. Tim akan membuat atau mengembangkan norma (aturan) bagi mereka sendiri. Sehingga mereka mengetahui cara bekerjasama dan berkolaborasi. Norma atau aturan harus terbentuk agar kualitas dari tim terwujud. Akhirnya tim mulai membentuk kohesi yang solid serta yang terpenting dari fase ini tim harus merasa senang dan bangga menjadi bagian anggota tim.

Kepemimpinan mulai terlihat jelas baik hasil dan bentuknya. Tugas pemimpin di tahap ini adalah menjaga dan menyediakan fasilitas dan lingkungan agar kondisi-kondisi di atas tetap kuat dan langgeng.

Pada tahap ketiga ini mungkin tim bisa mundur lagi ke tahap ke dua jika ada permasalahan baru muncul atau konflik baru. Akan tetapi, dengan dibantu leader, tim akan cepat menyelesaikan masalah sehingga kembali lagi ke tahap tiga.

4. Performing

Ini adalah tahap akhir dimana semua kebaikan muncul. Tidak semua tim akan sampai pada tahap ini. Beruntung jika kita berada dalam tim yang merasakan tahap ini.

Pada tahap ini semua tim saling bergantung dalam hubungan pribadi dan pemecahan masalah tugas. Anggota tim berbagi tujuan bersama, memahami rencana untuk mencapainya, mengetahui peran mereka dan cara bekerja sama. Pada tahap ini tim sangat produktif dan kerjasama terjadi dengan sangat baik. Mereka saling percaya, saling mendukung, konflik yang sehat didorong. Ada kesatuan: identitas kelompok lengkap, semangat kelompok tinggi, dan loyalitas kelompok kuat.

Pada tahap ini tugas leader sudah sangat ringan dan menyenangkan. Dia tinggal memonitoring dan mengarahkan sedikit agar tim tetap dijalan yang baik. Ini lah saatnya leader melakukan improvement kemampuan diri sendiri untuk tantangan kedepan yang lebih susah.

Tidak semua tim sampai ke fase ini. Mereka bisa terjebak dalam fase sebelumnya atau meluncur kembali dari fase yang lebih rendah. Kepemimpinan yang berfokus pada resolusi konflik afektif, penciptaan identitas tim, visi dan tujuan yang menarik untuk mencapai visi itu sangat penting untuk mencapai fase performing.

Biasanya tidak mudah bagi tim untuk maju dengan cepat melalui tahapan ini, dan seringkali dibutuhkan waktu 6 bulan bahkan setahun atau lebih bagi tim untuk mencapai fase performing.

5. Adjourning

Tuckman pada tahun 1977  bersama dengan Mary menambahkan tahap kelima dari empat tahap pembentukan tim,  yakni  penghentian sementara (adjourning). Ini mencakup penyelesaian tugas dan mengistirahatkan tim, bisa sementara sifatnya kalau tim masih akan diperlukan lagi.

 

 

Gambar 6. Tahapan Pengembangan Tim

 

2.3 Konsep Lean Startup

Lean startup adalah sebuah metode populer untuk kamu yang sedang mencari ide untuk membangun startup. Perlu diketahui bahwa proses membangun startup hingga akhirnya bisa bertahan atau berkembang pesat bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, dalam tahap awal membangun startup biasanya sumber daya sangatlah terbatas. Baik itu sumber daya manusia, modal, atau hal lainnya. Brand terkenal seperti Dropbox hingga Wealthfront merupakan beberapa perusahaan sukses yang menerapkan metode lean startup.

Dilansir dari University Lab Partners (2020), lean startup adalah suatu metode untuk mengembangkan produk dan bisnis dalam waktu yang singkat. Mengapa metode ini disebut bisa mengembangkan bisnis dalam waktu yang relatif singkat? Rupanya karena dalam menerapkan lean startup pemilik bisnis harus fokus pada pengembangan produk sekaligus mendapatkan feedback dari pelanggan. Jadi, biasanya mereka akan merilis contoh produk ke pelanggan dan meminta pendapat mereka mengenai produk tersebut.

Misalnya, produk yang dibuat tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan tidak dapat memuaskan mereka, maka perusahaan akan segera tahu. Perusahaan pun akhirnya bisa segera memutuskan apakah model bisnis mereka layak dan tetap mempertahankannya.

Misalnya hasil produknya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka bisa segera diputuskan apakah akan membuat produk baru atau hanya meningkatkannya saja.

 

Sementara itu, menurut The Lean Startup (2022), menyebutkan bahwa metode lean startup bisa menyampaikan produk ke pelanggan lebih cepat. Metode ini akan mengajari para pebisnis untuk mengelola startup dengan lebih cepat dan tahu kapan waktunya bertahan dan berbalik. Hal utama yang ditekankan dalam metode ini adalah pengembangan produk baru yang sesuai dengan kebutuhan para pelanggannya.

 

Salah satu kesalahan perusahaan startup adalah memulai bisnis dengan menemukan ide membuat produk yang mereka pikir diinginkan oleh pelanggan. Kemudian, mereka akan menghabiskan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk menyempurnakan produk tersebut. Namun, tanpa ditunjukkan kepada pelanggan dan mendapatkan tanggapan dari mereka tentunya produk tersebut bisa saja tidak disukai.

Jadi, saat produk akhirnya dirilis ke pasar dan pelanggan tidak memberikan respon yang positif, tentunya bisnis tidak akan berakhir baik.

Bahkan, tidak sedikit startup yang akhirnya gagal bertahan karena produk tidak disukai oleh pelanggan.

 

Tujuan dari diciptakannya metode lean startup oleh Eric Ries adalah untuk meminimalkan risiko saat mendirikan sebuah startup. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko tersebut adalah dengan menciptakan produk yang disukai pelanggan. Selain itu, selalu konsisten belajar hal baru saat proses pengembangan produk sangat perlu dilakukan. Tidak lupa, berani bereksperimen juga ditekankan dalam melakukan metode lean startup.

 

Metode ini diciptakan Eric Ries setelah mengalami dua kegagalan saat membangun bisnisnya. Ia akhirnya percaya bahwa efisiensi adalah satu-satunya cara agar startup bisa berhasil tanpa membuang banyak sumber daya yang diperlukan.

Supaya bisa efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, lean startup memiliki fase yang berpusat pada build (membangun), measure (mengukur), dan learn (mempelajari).

 

 

Gambar 7. How to Start Lean Startup


1. Build

Build merupakan fase pertama dari metode lean startup. Perusahaan bertujuan untuk membuat dan mengembangkan produk sederhana atau MVP (Minimum Viable Product). Sebelum mulai mengembangkan produk tentunya perusahaan sudah memiliki sebuah ide untuk membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. MVP yang dikembangkan tersebut akan diuji langsung ke pasar untuk menentukan apakah produk tersebut memang diinginkan oleh pelanggan. Perlu diingat bahwa MVP tidak boleh diberikan kepada semua pelanggan. Namun, harus diberikan kepada kelompok kecil pelanggan di berbagai demografi. Merilis MVP akan memudahkan perusahaan untuk mengetahui seperti apa respon dari pelanggan.  Jadi, saat dirilis versi finalnya pelanggan sudah memiliki gambaran yang jelas dari produk tersebut.

2. Measure

Dalam fase measure harus diperhatikan seperti apa feedback yang diberikan oleh pelanggan saat mereka mencoba menggunakan MVP. Respon tersebut sangat berguna untuk menyempurnakan produk sehingga bisa memenuhi kebutuhan dari para pelanggan. Namun, jika pelanggan memberikan respon yang kurang baik, segeralah untuk mengambil keputusan apakah akan menghentikan proses pembuatan produk atau tidak.

Jika respon yang diberikan sangat buruk, tentu pilihan untuk mulai membuat produk lagi bukanlah hal yang salah. Malahan, hal itu bisa menghemat sumber daya dan tidak membuang-buang waktu.

3. Learn

Pada fase terakhir dari lean startup ini data yang didapatkan dari proses measurement akan dianalisis lebih lanjut. Dalam tahapan ini akan dibuat kesimpulan dari hasil proses measurement dan menentukan langkah yang akan diambil oleh perusahaan selanjutnya. Pasalnya, hasil dari fase learn ini akan dijadikan dasar apakah perusahaan perlu melakukan suatu perbaikan pada produk atau tetap mengembangkannya. Selain itu, dari fase ini juga bisa menentukan apakah perusahaan akan melakukan perubahan pada strategi bisnis atau yang sering disebut dengan pivot.

 

3. Technology Readiness Level

Technology Readiness Level (TRL) adalah suatu pengukuran ukuran mengenai tingkat kesiapan sebuah teknologi (Wikipedia, 2022). Ini diartikan sebagai Indikator yang menunjukkan seberapa siapnya atau matangnya suatu teknologi dapat diterapkan dan diadopsi oleh Pengguna atau Calon Pengguna. TRL merupakan suatu sistem pengukuran sistematik yang mendukung penilaian kematangan atau kesiapan dari suatu teknologi tertentu dan untuk dijadikan perbandingan dalam hal kematangan ataupun kesiapan antara setiap jenis teknologi yang berbeda.

TRL merupakan ukuran yang menunjukkan tahapan atau tingkat kematangan atau kesiapan teknologi dari skala 1-9, yang mana antara satu tingkat dengan tingkat yang lain saling terkait sehingga bisa menjadi landasan yang kuat bagi tingkatan berikutnya.

 

Pengukuran TRL pertama kali dikembangkan oleh NASA, yang digunakan sebagai alat untuk menyeleksi vendor teknologi yang sesuai dengan kebutuhannya, dalam rangka mengurangi adanya risiko kegagalan. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat juga mengadopsi metode pengukuran ini untuk mengevaluasi tingkat kesiapan teknologi baru dan panduan pengembangannya di masa datang sampai siap secara operasional.

Hingga pada tahun 2012, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuat TRL dalam rangka mendukung upaya mengurai stagnasi inovasi di Lembaga Litbang dan perkuatan hubungan Pemasok-Pengguna diperlukan penguasaan informasi tRL oleh kedua belah pihak, penumbuhkembangan kolaborasi bagi inovasi, meningkatkan difusi inovasi.

Berikut ini adalah peringkat kesiapan teknologi menurut BPPT (2022):

1. TRL 1: Prinsip dasar dari teknologi telah diteliti dan tercatat

2. TRL 2: Formulasi Konsep teknologi dan aplikasinya

3. TRL 3: Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental

4. TRL 4: Validasi kode, komponen dan atau kumpulan komponen dalam lingkungan laboratorium

5. TRL 5: Validasi kode, komponen dan atau kumpulan komponen dalam lingkungan yang relevan

6. TRL 6: Demonstrasi Model atau Prototipe Sistem/ Subsistem dalam lingkungan yang relevan

7. TRL 7: Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi sebenarnya

8. TRL 8: Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified) melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya

9. TRL 9: Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian

 

Gambar 8. Phase Technology Readiness Level

 



REFERENSI

 

Adibe, Maulana. (2022, April 7). 10 Startup Unicorn Indonesia, Siapa Saja yang Masuk Daftar Ini? Diakses pada 2 Februari 2022 dari https://glints.com/id/lowongan/startup-unicorn-indonesia/#.Yt4C8exByBR

Benny. (2022). Moonshot Thinking. Diakses pada 2 Februari 2022 dari https://benny.id/moonshot-thinking/

Digintent. (2022). What is innovation: why almost everyone defines it wrong. Diakses pada 6 Februari 2022 dari https://digintent.com/what-is-innovation/

Gramedia. (2022). Pengertian Inovasi: Manfaat, Bentuk dan Contoh-contohnya. Diakses pada 6 Februari 2022 dari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-inovasi/#1_Menurut_Nurdin_2016

Inti Pesan. (2022). Lima Tahapan Dalam Membangun Tim. Diakses pada 6 Februari 2022 dari https://www.intipesan.com/lima-tahapan-dalam-membangun-tim/

Ismi, Trias. (2020, 23 Desember). Lean Startup: Cara Membangun Usaha Berdasarkan Kebutuhan. Diakses pada 10 Februari 2022 dari https://glints.com/id/lowongan/lean-startup-adalah/#.Yt4A9exByBR

Kemendikbud. (2022). Definisi Inovasi. Diakses pada 2 Februari 2022 dari https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produk-files/kontenkm/km2016/KM201640/materi1.html

Money Kompas. (2019, Agustus 14). Valuasi Gojek Lebih Besar dari Garuda, Ini Sebabnya. Diakses pada 5 Februari 2022 dari https://money.kompas.com/read/2019/08/14/070308926/valuasi-gojek-lebih-besar-dari-garuda-ini-sebabnya?page=all

Mulachela, Husein. (2021, Agustus 25). UMKM Adalah: Ciri, Peran, dan Faktor Perkembangannya. Diakses pada 2 Februari 2022 dari https://katadata.co.id/sortatobing/finansial/6125bb463f83b/umkm-adalah-ciri-peran-dan-faktor-perkembangannya

Rizal, D. Husni Fahri. (2021, Juni 12). Tahapan-Tahapan Tim DevelopmentForming, Storming, Norming, dan Performing pada Agile Tim. Diakses pada 11 Februari 2022 dari https://medium.com/the-legend/tahapan-tahapan-tim-development-67232a107b5a

Slide Share. (2022). Moonshot Thinking. Diakses pada 6 Februari 2022 dari https://www.slideshare.net/rethink_advertising/moonshot-thinking-69786451

Tecno Tempo. (2022, Mei 30). Mengenal Perusahaan Startup, Cara Kerjanya? Diakses pada 6 Februari 2022 dari https://tekno.tempo.co/read/1596617/mengenal-perusahaan-startup-cara-kerjanya

The Lean Startup. (2022, Februari 2). The Lean Startup Methodology. Diakses pada 2 Februari 2022 dari http://theleanstartup.com/principles

University Lab Partners. (2022, 2 Feb). Why is The Lean Startup Methodology?. Diakses pada 2 Februari 2022 dari https://www.universitylabpartners.org/blog/what-is-lean-startup-methodology

Wikipedia. (2022, Februari 2). Tahap Kesiapan Teknologi. Diakses pada 2 Februari 2022 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tahap_kesiapan_teknolog



Last modified: Monday, 27 March 2023, 10:28 AM