Skip to main content

Day 1 - Perkenalan dan Instalasi Linux

Introduction to Linux

Secara istilah, Linux adalah nama yang mengacu kepada sebuah kernel sistem operasi. Namun, istilah Linux di kehidupan sehari-hari digunakan untuk menyebut sistem operasi yang berbasis kernel Linux. Linux dikembangkan oleh Linus Torvalds pada 17 September 1991. Linux bersifat open-source dan free, artinya kode sumbernya dapat dimodifikasi dan didistribusikan kepada siapa pun secara komersial atau nonkomersial di bawah Lisensi GPL (GNU Public License).

Selain dipakai di dalam komputer sehari-hari dan komputer server, kernel Linux juga digunakan di dalam sistem seperti router, televisi, perekam video digital, konsol video game, perangkat pintar, dan lain-lain. Namun, penggunaan kernel Linux di luar komputer PC dan server yang paling populer adalah di dalam perangkat mobile berbasis Android. Yep, Android adalah sistem operasi yang berbasis pada kernel Linux dan memiliki basis pengguna smartphone terbesar di dunia.

Di dalam modul ini, kita akan mempelajari Linux untuk keperluan deployment aplikasi frontend dan backend. 

Linux Distributions (Distro)

Distribution atau lebih populer dikenal dengan istilah distro adalah sebuah sistem operasi yang terdiri dari kernel Linux, GNU Tools, software tambahan, dan package manager. Sebuah sistem operasi disebut sebagai distro (debian, ubuntu, dll) karena ia mendistribusikan kernel Linux bersama dengan semua perangkat lunak dan utilitas yang diperlukan (seperti network manager, package manager, desktop environment, dll) sehingga dapat digunakan sebagai sistem operasi.

Saat ini terdapat hampir seribu jumlah Linux distro baik yang masih aktif dikembangkan maupun yang tidak. Banyaknya jumlah distro tersebut salah satunya disebabkan oleh kernel Linux yang berlisensi GNU General Public License yang memberi kebebasan kepada siapa saja untuk melihat, mengedit, dan mendistribusikan aplikasi apa pun dari kernel Linux. 

Ada dua cara untuk mengembangkan distro Linux. Pertama adalah mengembangkan dari awal (scratch) dan kedua adalah mengembangkan distro Linux yang sudah ada. Cara yang kedua adalah yang populer saat ini dan paling banyak melahirkan distro baru. Distro yang dikembangakan dari distro lain yang sudah ada disebut sebagai turunan. Contohnya, distro Ubuntu dikembangkan dari distro Debian, sehingga Ubuntu adalah turunan dari distro Debian.

Untuk lebih mudah memahami perbedaan distro Linux, kita dapat membaginya berdasarkan format paket aplikasi yang dipakai.

DEB-based

Distro yang termasuk ke dalam kategori ini adalah distro yang termasuk ke dalam turunan distro Debian dengan ciri khusus memiliki format aplikasi “.deb”. Debian adalah distro yang diprakarsai oleh Ian Murdock pada 16 Agustus 1993 melalui Debian Project. Debian dan distro turunannya menggunakan dpkg dan apt sebagai package manager. Saat ini Debian memiliki banyak distro turunan dan berikut adalah daftar turunan yang populer dipakai saat ini.

  1. Ubuntu

  2. Linux Mint Debian Edition (LMDE)

  3. Deepin

  4. Raspberry Pi

Selain dari daftar di atas, masih banyak distro lain yang berbasis dari debian. Beberapa dari mereka masih aktif dikembangkan dan beberapa telah terhenti.


RPM-Based

Distro yang termasuk ke dalam kategori ini adalah distro dari turunan Red Hat dan SUSE Linux. Ciri utamanya adalah paket aplikasi yang berekstensi “.rpm”.

  1. Red Hat Linux
    Red Hat Linux adalah distro yang dikembangkan oleh perusahaan Red Hat. Pengembangan distro ini terhenti pada tahun 2003 dan menjadi pondasi bagi lahirnya distro Red Hat Enterprises Linux (RHEL) dan Fedora. RHEL adalah distro yang dikembangkan untuk tujuan komersial di bisnis atau enterprise. Dengan kata lain, RHEL adalah distro yang berbayar melalui skema  subscription. Sedangkan Fedora adalah distro yang merupakan versi gratis dari RHEL dan dikembangkan oleh komunitas.

  1. SUSE Linux
    SUSE Linux terbagi menjadi dua distro utama, yaitu SUSE Linux Enterprise (SLE) dan openSUSE. SUSE Linux Enterprise adalah distro yang berbayar seperti RHEL. Sedangkan openSUSE adalah distro versi gratis dari SLE dan dikembangkan oleh komunitas.


Arch-Based

Distro yang termasuk ke dalam kategori ini adalah distro turunan Arch Linux. Arch bukanlah format paket aplikasi melainkan sebuah nama distro Linux yang menjadi basis bagi distro lain. Arch Linux adalah distro yang memakai pacman sebagai package manager. Format paket aplikasi untuk distro Arch Linux adalah pkg. Berikut adalah distro turunan dari Arch Linux.

  1. Artix Linux

  2. BlackArch

  3. Chakra Linux

  4. EndeavourOS

  5. Manjaro


Instalasi Distro Linux

Secara umum, instalasi distro Linux terdapat dua cara yaitu melalui instalasi langsung di hardware dan instalasi di Virtual Machine (VM). Kedua cara instalasi tersebut dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan. 

Jika ingin menggunakan Linux sebagai sistem operasi utama sehari-hari, maka sangat tepat diinstal di hardware secara langsung baik sebagai sistem operasi tunggal atau dalam mode multi boot. Multi boot adalah kondisi dimana di dalam komputer terinstal lebih dari satu sistem operasi. Misalnya, sistem operasi Windows 10 sebagai sistem operasi pertama dan distro Linux sebagai sistem operasi kedua.

Namun, jika ingin menggunakan distro Linux untuk mencoba dan latihan, maka disarankan melakukan instalasi di aplikasi Virtual Machine. Ada dua aplikasi Virtual Machine yang populer dipakai saat ini, yaitu VMWare dan Virtual Box. Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Akan tetapi, di dalam praktikum modul ini, kita akan menggunakan aplikasi Virtual Box untuk melakukan instalasi distro Linux yaitu Debian 9.

Di dalam praktikum ini, kita akan melakukan instalasi distro Linux Debian 9 di Virtual Box. Praktikum ini terbagi menjadi dua bagian cara instalasi, dan kalian boleh memilih untuk mengerjakan salah satunya.

Sebelum memulai praktikum, pastikan kalian telah mengunduh Virtual Box dan menginstalnya di komputer kalian masing-masing. Kunjungi link ini untuk mengunduh dan menginstal Virtual Box.

Persiapan

  • Buka aplikasi Virtual Box, kemudian klik menu File dan pilih Host Network Manager.

  • Pada bagian ini akan ditampilkan network interface untuk dipakai oleh VM. Jika belum ada yang dibuat, silakan buat dengan menekan tombol Create.

  • Setelah itu, pastikan IP addressnya adalah 192.168.56.1/24. Kemudian centang pada bagian DHCP Server. Terakhir, catat dan ingat nama interfacenya.


Instalasi Cara 1 - Import Virtual Machine (File OVA).

  • Jalankan Virtual Box, dan pilih menu Import.


  • Pada bagian Source, pilih Local File System. Kemudian pada bagian File, arahkan pada image yang sudah didownload. Lalu klik Next.

  • Pada bagian selanjutnya, silakan tentukan folder yang akan menjadi lokasi VM yang akan diimport pada pilihan Base Folder. Setelah itu, klik Import.

  • Setelah itu, proses import akan berjalan. Tunggu sampai selesai.

  • Setelah diimport, pilih nama VM dan klik tombol Settings. Pada bagian menu, pilih Network, dan klik tab Adapter 2. Sesuaikan adapter name dengan nama adapter yang dibuat sebelumnya.

 

  • Setelah selesai, jalankan VM dengan menekan tombol Start.

  • Di bagian login, masukkan username dan password yang tertera di bagian Description pada menu Settings VM.

  • Setelah berhasil login, silakan mencoba melakukan test koneksi dengan perintah ping dari VM ke host dan sebaliknya. Pertama-tama, cek IP address dari interface enp0s8 (host-only) di VM dengan perintah ip -br a. Pastikan IP-nya adalah 192.168.56.100.

  • Kemudian coba lakukan ping dari komputer host dengan perintah ping 192.168.56.100.

  • Setelah itu, kita akan coba lakukan ping dari VM ke host. Cek IP address dari host dengan perintah ip -br a.

  • Kemudian, coba lakukan ping dari VM dengan perintah ping <ip address>.

  • Pastikan hasil ping berhasil dari host ke VM dan sebaliknya.


Instalasi Cara 2: Instalasi Dari File ISO

  • Buka Virtual Box, dan klik menu New.


  • Isi nama, folder, tipe, dan versi Virtual Machine. Kemudian klik Next.


  • Masukkan ukuran RAM yang akan dialokasikan. Jumlahnya tidak boleh lebih dari ukuran RAM laptop atau PC. Setelah selesai, klik Next.


  • Pada bagian selanjutnya, pastikan memilih Create a virtual hard disk now. Kemudian klik Create.


  • Pada bagian tipe hard disk, pilih VDI (Virtual Disk Image). Kemudian klik Next.


  • Pada bagian ekspansi storage, pilih Dynamically Allocated. Kemudian klik Next.


  • Pada bagian ukuran disk, sesuaikan dengan ruang penyimpanan komputer/laptop kalian. Ukuran paling minimal adalah 8 GB. Setelah itu, klik Create.


  • Pada tahap ini, Virtual Machine sudah dibuat namun belum bisa dijalankan. Kita harus melakukan beberapa pengaturan. Klik pada bagian nama Virtual Machine yang dibuat, kemudian klik menu Settings.


  • Pada bagian Settings, klik bagian System dan pilih tab Processor. Silakan mengalokasikan jumlah unit processornya dengan menyesuaikan jumlah core processor komputer kalian. Untuk sementara, kita tetapkan jumlahnya 1 saja. Kemudian klik OK.


  • Selanjutnya, klik bagian Network. Pastikan Adapter 1 menggunakan NAT. Kemudian klik pada tab Adapter 2. Aktifkan adapter dengan memberi centang. Pada bagian Attached to, pilih Host-only Adapter. Pada bagian name, isi dengan nama virtual network interface yang tersedia. Kemudian klik OK.



  • Selanjutnya, VM siap dijalankan. Pada bagian menu, klik Start


  • Pada bagian selanjutnya, kita akan diminta memasukkan file image yang telah didownload. Kemudian klik tombol Start lagi.






  • Setelah itu, boot menu akan muncul. Lalu pilih Graphical install.


  • Pada bagian pemilihan bahasa, pilih sesuai yang diinginkan. Kemudian klik Continue.


  • Pada bagian pemilihan lokasi, pilih lokasi yang diinginkan. Kemudian klik Continue.


  • Pada bagian konfigurasi keyboard, pilih American English. Kemudian klik Continue dan tunggu proses loading selesai.


  • Pada bagian konfigurasi jaringan, pilih interface enp0s3. Kemudian klik Continue.


  • Pada bagian hostname, berikan nama sesuai keinginan. Kemudian klik Continue.


  • Pada bagian nama domain, tidak perlu diisi dan langsung klik Continue.


  • Pada bagian selanjutnya, tetapkan password untuk user root. Kemudian klik Continue.


  • Pada bagian selanjutnya, tetapkan nama lengkap untuk user. Di sini kita beri nama “user”. Setelah itu, klik Continue


  • Pada bagian selanjutnya, tetapkan username. Nama ini adalah nama user yang akan dipakai untuk login. Kita samakan dengan nama username, yaitu "user". Setelah itu, klik Continue.


  • Pada bagian selanjutnya, tetapkan password untuk username yang dibuat pada langkah sebelumnya. Setelah itu, klik Continue.


  • Pada bagian konfigurasi waktu, silakan pilih yang mana saja. Kemudian klik, Continue.


  • Pada bagian partisi disk, pilih yang paling atas, yaitu Guided - use entire disk. Kemudian klik Continue.


  • Pada bagian selanjutnya, pilih virtual disk yang telah dibuat sebelumnya. Biasanya pilihannya hanya satu dan otomatis terpilih. Jadi klik Continue.


  • Pada bagian selanjutnya, pilih All files in one partition. Ini adalah pilihan untuk membuat virtual disk menjadi satu partisi saja. Kemudian klik Continue.


  • Pada bagian selanjutnya, pilih menu Finish partitioning and write change to disk. Kemudian klik Continue.


  • Pada bagian selanjutnya, klik Yes untuk mengonfirmasi. Lalu klik Continue.


  • Setelah itu, proses instalasi akan berjalan. Tunggu sampai proses selesai dan muncul menu selanjutnya.


  • Pada bagian scan CD/DVD lain, pilih No lalu klik Continue.


  • Pada bagian network mirror, pilih No. Kemudian klik Continue.


  • Pada tahap ini instalasi software akan berjalan. Selama proses instalasi software, akan ada beberapa menu dan pertanyaan yang akan muncul. 


  • Pada bagian konfigurasi popularity contest, pilih No.


  • Pada bagian pemilihan paket software, ada beberapa pilihan yang dapat diinstal. Pada tahap ini, ada dua pilihan penting yaitu menginstal Desktop Environment (DE) atau tidak. Dalam hal ini, kita tidak memerlukan DE, jadi hilangkan centang pada Debian desktop environment.  


  • Pada bagian pilihan instalasi bootloader, pilih Yes. Kemudian Continue.


  • Pada bagian selanjutnya, pilih partisi untuk tempat instalasi grub. Dalam instalasi ini, kita tidak membuat partisi lain jadi hanya ada satu pilihan. Pilih kemudian klik Continue.


  • Setelah itu, tunggu proses hingga selesai sampai muncul pemberitahuan bahwa instalasi telah selesai. Klik Continue dan VM akan reboot.


  • Setelah reboot, pada halaman login masukkan username dan password yang telah dibuat pada proses instalasi.


  • Pada tahap ini, Debian sudah bisa dioperasikan. Akan tetapi, kita masih perlu melakukan beberapa konfigurasi tambahan. Konfigurasi pertama adalah mengganti repo ke mirror lokal. Repo (repository) adalah server tempat Debian mendownload package saat instalasi lewat jaringan. Pertama-tama, switch user ke root dengan perintah su - root, dan masukkan password root yang telah diatur saat instalasi. Kemudian, masukkan perintah nano /etc/apt/sources.list.

  • Kemudian, ubah isi dalam file tersebut menjadi berikut.

  • Kemudian tekan CTRL + X, dan tekan ENTER untuk menyimpan perubahan dan keluar. Setelah itu, jalankan perintah apt update untuk memperbaharui informasi package dari semua sumber yang dimasukkan ke dalam file /etc/apt/sources.list

  • Konfigurasi selanjutnya adalah menginstal sudosudo adalah perintah yang memungkinkan pengguna biasa (non-root) untuk menjalankan perintah dengan hak akses root. Perintah sudo tidak terinstall secara default di Debian 9. Untuk menginstalnya, masukkan perintah apt install sudo.

  • Setelah itu, masukkan user ke dalam group sudo agar user dapat menggunakannya dengan perintah usermod -aG sudo user.

  • Kembali ke mode user dengan menekan CTRL + D. Setelah itu lakukan percobaan menggunakan perintah sudo dengan perintah sudo su. KIta akan diminta memasukkan password dari user "user". Perintah sudo su adalah padanan dari perintah su - root. Hanya saja kita tidak perlu memasukkan password dari user root.

  • Selanjutnya, kita dapat menggunakan sudo untuk menjalankan perintah apapun yang membutuhkan privilege atau hak akses root dari space user.

  • Konfigurasi terakhir adalah mengkonfigurasi IP address VM. Jalankan perintah ip -br a, dan kita akan melihat salah satu interface (enp0s8 / host-only) belum hidup dan tidak memiliki IP address. Hal ini terjadi karena interface tersebut tidak dihidupkan secara otomatis saat proses booting.

  • Untuk membuat interface enp0s8 hidup saat proses booting, kita harus menambahkan konfigurasi berikut di file /etc/network/interfaces. Untuk mengedit file tersebut, gunakan program nano.

  • Setelah itu, reboot VM dengan perintah sudo reboot. Setelah booting, kita akan melihat interface enp0s8 hidup secara otomatis dan mendapatkan IP address.


Referensi


  1. https://www.makeuseof.com/why-so-many-linux-distributions/

  2. https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Linux_distributions

  3. https://en.wikipedia.org/wiki/GNU_General_Public_License 

  4. https://en.wikipedia.org/wiki/Desktop_environment 


Last modified: Wednesday, 3 May 2023, 9:28 AM